“POLA PENDIDIKAN ISLAM DINASTI UMAYYAH
DAN ABBASIYAH”
DOSEN PEMBIMBING: Baijuri,S.Ag.,M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
Mudirul
Achmad Ponja(1511080089)
Putri Nuraini Farozi (1511080114 )
Shinta
Safitri (1511080145 )
Siska
Afriliyani
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN RADENINTAN LAMPUNG
1437 H/2015 M
|KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas limpah ramat serta karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah “Sejarah Pendidikan Islam”
ini dengan lancar dan pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam
kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak trima kasih kepada bapak
Baijuri,S.Ag.,M.Pd.I Selaku dosen pembimbing dan kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan
sehingga saran dan kritik diharapkan untuk menambah dinamika pemikiran Islam
yang saat ini mulai tampak lemah di tengah – tengah kehidupan bermasyarakat.
Semoga amal baik kita semua dalam memberikan kontribusi bagi bangkitnya
pemikiran Islam di tengah masyarakat menjadi investasi akhirat dengan
keridhoan-Nya tentunya.
Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon ma’af apabila ada kekurangan atau
kesalahan dalam mengerjakan tugas ini.
Bandar
lampung, 21 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA
PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.LATAR
BELAKANG........................................................................1
2.RUMUSAN
MASALAH....................................................................1
3.TUJUAN
PENULISAN.....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENDIDIKAN PADA MASA
BANI UMAYYAH......................2
2.2 PENDIDIKAN PADA MASA BANI
ABBASIYAH....................7
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN.............................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
Pendidikan memiliki peran
penting dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan masa yang akan datang. Dalam
dunia islam sangat penting karena dalam QS al-mujadalah:11 yang artinya allah
akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan yang di beri ilmu
beberapa derajat.
Sejarah pendidikan Islam erat
kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam sejatinya telah
berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan
sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam
bisa meneladani model-model pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi
Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah menyebut
bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan
formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga
pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid. Masa Dinasti Umayyah
dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh penguasa umumnya dilengkapi
dengan berbagai macam fasilitas pendidikan seperti tempat belajar, ruang
perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam disiplin keilmuan yang
berkembang pada saat itu. Sebelum al-Azhar didirikan di Kairo, sesungguhnya
sudah banyak masjid yang dipakai sebagai tempat belajar, tentunya dengan
kebijakan-kebijakan penguasa pada saat itu.
1.2 RUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang
diatas maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pendidikan pada masa bani ummayah dan abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan islam
pada masa bani abbasiyah?
1.3 TUJUAN PENULISAN.
1. Mengetahui pendidikan pada
masa bani ummayah dan abbasiyah.
2.. Mengetahui
perkembangan islam pada masa bani abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENDIDIKAN PADA MASA BANI
UMMAYAH
A . Sejarah singkat.
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti
Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur
Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta
dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyolsebagai Kekhalifahan
Umayyah Al-Andalus. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin
'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah,
yaitu Muawiyah bin
Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada
tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah
Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta
belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan
pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan
pada tingkat tinggi gurunya ulama yang dalam ilmunya , masyhur ke’aliman dan
kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang.
Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi
pelajaran diberikan oleh guru dalam satu tempat yang dihadiri oleh pelajar
bersama-sama.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada
Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a.
Belajar membaca dan menulis.
b.
Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya.
c.
Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu,
shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada
tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a.
Al-Qur’an dan tafsirannya.
b.
Hadis dan mengumpulkannya.
c.
Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan
sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan
para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu.
B . Pola Pendidikan Islam Pada Priode Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat
desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota
Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah
dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan ketika itu belum
memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat
di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya,
seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat
(Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat,
astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan,
seni rupa, maupun seni suara.
Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah
telah berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai
dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab
serta Majelis Sastra. Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti
Umayyah adalah:
1.Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba
yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar
menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,
menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.
2.Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka
melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di
masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran
senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu
untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan
ilmu pengetahuan.
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat
pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah
khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist
dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa,
ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas
ilmiah termasuk sya’ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan akidah. Pada
periode ini juga didirikan Masjid ke seluruh pelosok daerah Islam. Masjid
Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan penuntut
ilmu diseluruh dunia Islam dan tampak juga pada pemerintahan Walid ibn Abdul
Malik 707-714 M yang merupakan Universitas terbesar dan juga didirikan Masjid
Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
Pada Dinasti Umayyah ini, masjid sebagai tempat
pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat tinggi.
Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi
gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan keahliannya.
Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang,
baik di Khuttab atau di Masjid tingkat menengah. Sedangkan pada tingkat
pelajaran yang diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqah yang dihadiri oleh
pelajar bersama-sama.
3.Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang
disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan
bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy
“Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan
seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih
dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak
meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya.
Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan
dan memberi kesempatan pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta
menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam balai-balai
pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan,
didiskusikan dan diperdebatkan”.
4.Pendidikan Istana
Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan
khusus bagi anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada
pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali
pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan
kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan
pemberontakan dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak
terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi
muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang
dikemukana oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair
dan Kitabah.
Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab
diantaranya adalah tentang pujian, syairnya adalah:
Artinya : “Engkau adalah
pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah di atas
dunia ini”.
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah
menekankan ciri ilmiah pada Masjid sehingga menjadi pusat perkem\bangan ilmu
pengetahuan tinggi dalam masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di Masjid
diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu
lainnya. Dengan demikian periode antara permulaan abad ke dua hijrah
sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling
cemerlang.
Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti
Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar
Rasyiddin. Hanya saja memang ada sisi perbedaan
perkembangannya. Perhatian para Khulafa dibidang pendidikan agaknya
kurang memperhatikan perkembangannya sehingga kurang maksimal, pendidikan
berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki
pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh
pemerintah hampir tidak ditemukan. Jadi sistem pendidikan Islam
ketika itu masih berjalan secara alamiah karena kondisi ketika itu diwarnai
oleh kepentingan politis dan golongan.
Walaupun demikian pada periode Dinasti Umayyah ini
dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke
dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang
mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata
laksana dan seni bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas
keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara
dan tidak dilembagakan. Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama
kali melakukan penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain kemajuan seperti di atas ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan
Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz
sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang
membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al
Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu
yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada
umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu
hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
C . Kurikulum Pendidikan Islam
pada Masa Bani Umayyah
. Berikut ini adalah macam-macam kurikulum yang
berkembang pada masa bani Umayyah:
a. Kurikulum
Pendidikan Rendah
Terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata
pelajaran-mata pelajaran yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat
pendidikan yang bermacam-macam. Pertama, karena tidak adanya
kurikulum yang terbatas, baik untuk tingkat rendah maupun untuk tingkat
penghabisan, kecuali Alquran yang terdapat pada kurikulum. Kedua,
kesukaran diantara membedakan fase-fase pendidikan dan lamanya belajar karena
tidak ada masa tertentu yang mengikat murid-murid untuk belajar pada setiap
lembaga pendidikan.
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam
pendidikan Islam, tetapi tidak hanya satu tingkat yang bermula di kuttab dan
berakhir di diskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti
oleh seluruh umat Islam. Dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan
menulis disamping Alquran. Kadang diajarkan bahasa, nahwu, dan arudh.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid
seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada
tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri
oleh pelajar bersama-sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada
mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu: belajar membaca dan
menulis, membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, belajar pokok-pokok agama Islam,
seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada
tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: Al-Qur’an dan tafsirannya, hadis dan
mengumpulkannya, serta fiqih (tasri’).
b. Kurikulum
Pendidikan Tinggi
Kurikulum pendidikan tinggi (halaqah) bervariasi
tergantung pada syaikh yang mau mengajar. Para mahasiswa tidak terikat untuk
mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada
mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas untuk mengikuti
pelajaran di sebuah halaqah dan berpindah dari sebuah halaqah ke halaqah yang
lain, bahkan dari satu kota ke kota lain. Menurut Rahman, pendidikan jenis ini
disebut pendidikan orang dewasa karena diberikan kepada orang banyak yang
tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan mereka mengenai Alquran dan
agama. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan
ilmu-ilmu agama (al-ulum al-naqliyah) dan jurusan ilmu pengetahuan (al-ulum
al-aqliyah).
Kedua macam kurikulum ini sejalan dengan dua masa
transisi penting dalam perkembangan pemikiran Islam. Kurikulum pertama adalah
sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk mendalami
agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Namun perhatian pada agama ini
tidaklah terbatas pada ilmu agama an, tetapi dilengkapi juga dengan ilmu-ilmu
bahasa, ilmu sejarah, hadits dan tafsir. Menurut Mahmud Yunus, kurikulum
jurusan ini adalah tafsir Alquran, hadits, fiqih dan ushul fiqih, nahwu saraf,
balaghah, bahasa dan sastranya.
Kurikulum kedua, yaitu kurikulum ilmu pengetahuan. Ia
merupakan cirri khas fase kedua perkembangan pemikiran umat Islam, yaitu ketika
umat Islam mulai bersentuhan dengan pemikiran Yunani, Persia dan India. Menurut
Mahmud Yunus, kurikulum untuk pendidikan jenis ini mantiq, ilmu alam dan kimia,
music, ilmu-ilmu pasti, ilmu-ilmu ukur, ilmu-ilmu falak, ketuhanan, ilmu hewan,
ilmu tumbuh-tumbuhan dan kedokteran.
2.2 PENDIDIKAN PADA MASA BANI
ABBASIYAH
A . Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani
Abbasiyah
Sejak lahirnya agama islam, lahirlah pendidikan dan
pengajaran islam, pendidikan dan pengajaran islam itu terus tumbuh dan
berkembang pada masakhulafaurasyidin dan masa bani Umayyah. Pada permulaan masa
Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di
seluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung
banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika,
meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan.Kerajaan
islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam
segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia
pada masa keemasan, yang bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di
Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaanAbbasiyah pada tahun 1258
Masehi.
B . Tujuan Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Pada masa Nabi masa khoilfah rasyidin dan umayah,
tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar
karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah tujuan
pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.
Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Tujuan keagamaan dan akhlak
Sebagaiman pada masa
sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal Al-Qur’an, ini
merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan
berakhlak menurut agama.
b) Tujuan kemasyarakatan
Para pemuda pada masa itu
belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan memperbaiki
masyarakat, dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang
bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang
maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan
di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu
duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
c) Cinta akan ilmu pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar
tidak mengaharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam ilmu pengetahuan.
Mereka merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan
susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau
mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk
menuntut ilmu.
d.) Tujuan
kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut
ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat yang
tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia
ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang ini.
C .Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Abbasiyah
Pada permulaan masa Abbasiyah
pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di seluruh negara
islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar
di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda berlomba-lomba untuk menuntut
ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika, meninggalkan kampung
halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan.
Masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, kususnya
bidan ilmu pengetahuan. Pada zaman ini umat Islam telah banyak melakukan kajian
kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik pengetahuan Aqli
( rasional ) maupun pengtahuan yang Naqli mengalami kemajuan dengan
sangat pesat.sehingga pada zaman itu merupakan zaman kebangkitan dan
keemasan umat islam yang sangat gemilang.
Sebagaimana di
uraikan di atas puncak perkembangan pemikiran dan pengetahuan Islam terjadi
pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah,tidak berarti seluruhnya berawal dari
kemauan dan kreativitas para penguasa pada saat itu, yakni penguasa pada bani
Abbasiyah itu sendiri.
Pada zaman
pemerintahan daulah daulah Abbasiyah, pendidikan islam sudah menjadi perhatian
yang tinggi bagi pemimpin yakni dengan adanya lembaga pendidikan
yang sudah mulai berkembang dan proses pengalihan ilmu pengatahuan
yang juga mulai berkembang.
lembaga pendidikan sudah mulai berkembang ketika itu,
lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
1. Maktab atau Kuttab dan masjid, yaitu lembaga
pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar bacaan, hitungan dan
tulisan dan tempat para remaja belajar dasar –dasar ilmu seperti tafsir, hadis,
fiqhi dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin
memperdalam ilmunya, meramu untuk memuntut ilmu kepada Seseorang atau beberapa
orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut
adalah ilmu-ilmu ibadah atau agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid
atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan
berlangsung di istana atau dirumah penguasa terasebut dengan memanggil ulama
ahli kesana.
Lembaga-lembaga
ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan bani Abbas, dengan bedirinya
perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas, karena disamping terdapat kitab-kitab, disana orang juga dapat
membaca menulis dan berdiskusi.
Lembaga
pendidikan islam yang untuk pengajaran dan pendidikan adalah didirikannya Bait
Al-Hikmah ( Rumah Kebajikan ) yang didirikan oleh Al-Ma’mun pada tahun 830
M di kota Bagdad yang merupakan sebagai ibu kota Negara. Dengan adanya lembaga
ini memberikan efek positif yakni tempat itu dijadikan sebagi pusat
pembelajaran, dan penerjemahan buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti
buku-buku karya bangsa-bangsa Yunani, Romawi, dan Persia serta berbagi naskah
yang ada di kawasan timur tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.
D. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
a.
Kurikulum pendidkan dasar (kuttab), pelajarannya adalah:
1.
Membaca Alqur’an dan menghafalnya
2. Pokok-pokok agama islam,
seperti cara berwudhu, shalat, puasa, dsb
3. Menulis
4. Kisah atau riwayat orang-orang
besar islam
5. Membaca dan menghafal
syair-syair atau natsarl (prosa)
6. Berhitung
7. Pokok-pokok nahwu dan sharaf
ala kadarnya
b. Kurikulum pendidikan menengah,
pelajarannya adalah:
1. Alqur’an
8. mantiq
2. Bahasa Arab dan kesusastraanya
9. Ilmu falak
3. Fiqih
10.
Tarikh (sejarah)
4. Tafsir
11.
Ilmu-ilmu alam
5. Hadist
12.
kedokteran
6. Nahwu/sharaf/balagoh
13. musik
7. Ilmu-ilmu pasti
c. Kurikulum pendidikan tinggi
Rencana pelajaran pada perguruan tinggi islam, dibagi
2 jurusan, yaitu:
1. Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa serta sastra
arab atau disebut ilmu-ilmu naqliyah
2. Jurusan ilmu-ilmu umum, atau disebut ilmu aqliyah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan memiliki peran
penting dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan masa yang akan datang. Dalam
dunia islam sangat penting karena dalam QS al-mujadalah:11 yang artinya allah
akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan yang di beri ilmu
beberapa derajat.
Pemerintah dinasti Umayyah
menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini
dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan
pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi
ilmu.
Pada masa Nabi masa khoilfah
rasyidin dan umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata.
Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa
abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat
pada masa itu.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Badri Yatim. 2000.
Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 54
Pendidikan Islam pada Masa Bani Ummayah dan Bani
Abbasiyah
http://nugroho-arif-belajar.blogspot.co.id/2014/11/pendidikan-islam-pada-masa-bani-ummayah.html 21-oktober-2015 pukul 13.33
http://astriyaniwinda.blogspot.co.id/2012/12/pendidikan-pada-masa-daulah-bani.html 21-oktober-2015 pukul 13.33
Hemmm Gak Ada Daftar Isinya ya kak??
BalasHapusSands Casino: Offering a Touch of Las Vegas Style Gaming
BalasHapusOur Vegas-style gaming venue features more than 400 제왕카지노 table games, including favorites like blackjack, roulette, 카지노 keno and video septcasino poker. All