Kamis, 09 Juni 2016

makalah konseling untuk mengembangkan kesehatan mental



TUGAS KESEHATAN MENTAL
“Konseling untuk mengembangkan kesehatan mental”

Disusun untuk memenuhi tugas  dalam mata kuliah Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Rizkiyani Istifada,S.Kep.,Ns
logo_iain_raden_intan_bandar_lampung.jpg
Oleh Kelompok VI
Mudirul Achmad Ponja     (1511080089)
Nur Aini                            (1511080110)
Puji Rahayu                       (1511080113)
Rismasari Adhaputri          (1511080134)
Shinta Safitri                      (1511080145)
Siti Mardiyati                     (1511080150)
KELAS/SEMESTER: B/II (DUA)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji  Syukur  kami  ucapkan kepada  Allah  Yang  Maha  Esa,  karena  atas  berkat  rahmat dan  karunia-Nya,  makalah  ini  dapat  terselesaikan  dengan  baik.  Yang   berjudul ” Konseling untuk mengembangkan kesehatan mental
Meskipun banyak hambatan yang kami  alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak  lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi kontribusi dan partisipasinya  baik secara langsung maupun  tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami  menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung,12 Mei 2016

Kelompok 6







BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk mencapai tujuan yang hendak dicapainya.
Konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara perorangan, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang. Konseling adalah ‘proses interaksi: (a). terjadi antara dua orang individu yang disebut konselor dan klien, (b). terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi (profesional), (c). diciptakan dan dibina sebagai salah satu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya’.
Ilmu kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. pada abad kedua puluh, ilmu ini berkembang dengan pesat, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Dari pengetian di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan mental yaitu kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya baik dengan orang lain serta dengan lingkungannya dan orang tersebut sehat mentalnya dari gejalagejala kejiwaan dan penyakit jiwa.
1.2. RUMUSAN MASALAH
  1. Untuk memahami tugas utama Konselor Kesehatan Mental?
  2. Untuk mengetahui apa itu Konseling untuk Mengembangkan Kesehatan Mental?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSELING ISLAMI
Terkait dengan konseling religius, dalam hal ini konseling islami, diartikan sebagai “pemberian bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya. Sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan hidup bersama, baik secara fisik-jasmaniah maupun psikis-ruhaniah, baik kebahagiaan di dunia ini maupun di akhirat kelak.
”Tujuan konseling religius adalah membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman,atau perilaku sebagai berikut :         
1.      Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya sebagai hamba Allah.
2.      Memiliki kesadaran bahwa hidupnya di dunia sebagai khalifah Allah.
3.      Memahami dan menerima kondisi dirinya secara sehat.
4.      Memiliki kebiasaan yang sehat dalam cara makan, tidur, dan menggunakan waktu luang.
5.      Menciptakan kehidupan keluarga yang fungsional.
6.      Mengamalkan ajaran agama, baik yang bersifat habluminallah maupun hablumminannas.
7.      Memiliki sikap dan kebiasaan belajar.
8.      Memahami masalah dan menghadapinya secara wajar, tabah atau sabar.
9.      Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stres.
10.  Mampu mengubah persepsi.
11.  Mampu mengambil hikmah.
12.  Mampu mengontrol emosi dan berusaha meredamnya dengan introspeksi diri.
2.2. PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL
Secara singkat prinsip-prinsip kesehatan mental tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Self Image yang juga disebut dengan citra diri merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pribadi.
2.   Keterpaduan antara Integrasi diri
Yang dimaksud keterpaduan di sini adalah adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan menghadapi stress.
3.    Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau potensi yang dimiliki, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang baik dan memuaskan.
4.   Berkemampuan menerima orang lain.
Melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat. Untuk dapat penyesuaia diri yang sukses dalam kehidupan, minimal orang harus memiliki kemampuan dan keterampilan, mempunyai hubungan yang erat dengan orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai hubungan yang erat dengan teman-teman.
5.    Berminat dalam tugas
Berminat dalam tugas dan pekerjaan Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupaun berat maka akan cepat selasai daripada pekerjaan yang ringan tetapi tidak diminatinya.


6.    Pengawasan Diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan kepribadian normal, karena dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala tingkah lakunya.
2.3. KONSELOR KESEHATAN MENTAL
Konseling kesehatan mental dibentuk pada tahun 1970-an. Konseling ini dibangun terutama karena inisiatif legislatif, khususnya Community Mental Health Centers Act 1963, yang mendorong didirikannya pusat kesehatan mental secara nasional. Para konselor tingkat master adalah penggagas utama dibalik pendirian American Mental Health Conselors Association (AMHCA).
Melalui AMHCA, mereka berafiliasi dengan American Counseling Association. Kekhususan mereka dalam konseling kesehatan mental mendapat akreditasi tingkat master oleh CACREP.
Sebagai kelompok, konselor kesehatan mental bekerja dalam berbagai lingkungan, termasuk pusat kesehatan mental, lembaga komunitas, rumah sakit psikiatris, organisasi yang menangani kesehatan mental, pusat geriatis, badan pengendali krisis, dan klinik bimbingan anak.
Beberapa konselor kesehatan mental adalah praktisi pribadi. Mereka member konseling pada berbagai kelompok klien, termasuk program bantuan korban pemerkosaan, keluarga yang depresi, orang-orang yang berpotensi atau cenderung untuk bunuh diri, dan mereka yang menderita kelainan yang sudah terdiagnosis. Konselor kesehatan mental bekerja sama dengan tenaga lainnya, seperti psikiater, psikolog, pekerja social, perawat dan bagian psikiatri, dan ahli-ahli konseling lainnya serta menjadi bagian dari tim.
Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan. Aktivitas preventif dalam kesehatan mental dan fisik juga sangat penting. Mereka menaruh perhatian pada perkembangan professional yang berhubungan dengan bidang konseling terapan seperti konseling perkawinan dan keluarga, penyalahgunaan obat/ketergantungan bahan kimia, dan konseling kelompok kecil.
2.4. KONSELING UNTUK KESEHATAN MENTAL
Konseling dalam konteks ini adalah membantu individu (anak, remaja atau dewasa) agar mampu mengembangkan potensinya menjadi insan yang dapat memaknai hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Konseling dapat dimaksudkan sebagai pendekatan yang bersifat pengembangan(developmental), pencegahan (preventive), maupun penyembuhan (curative).
Untuk memfasilitasi berkembangnya potensi individu secara optimal, maka konseling yang diberikan meliputi :
1.      Konseling ekologis, yaitu mengembangkan potensi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan harmonis, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (terapi psikologis,normatif, dan rekreatif).
2.      Konseling pribadi, sosial, belajar, yaitu mengembangkan potensi intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual. Konseling pribadi,ditunjukan agar individu dapat memahami, menerima, danmengarahkan dirinya secara positif dan konstruktif. Konseling sosial,ditujukan agar individu dapat memahami norma, aturan ,atau adat yangdijunjung tinggi masyarakat, dan mampu menyesuaikan diri terhadpanorma tersebut secara positif dan konstruktif. Sementara konselingbelajar, ditujukan agar individu memiliki sikap dan kebiasaan belajaryang positif, motivasi belajar yang tinggi, dan keterampilan belajar yang efektif.
3.      Konseling kesehatan, yaitu mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk memelihara kesehatan dan lingkungannya (seperti konseling reproduksi sehata kepada remaja, cara-cara perawatankesehatan anak kepada ibu-ibu, dan pemberian informasi tentangmemelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat kepada para siswadi sekolah).
4.      Konseling keluarga, yaitu bantuan yang melibatkan para anggota keluarga, dalam upaya memecahkan masalah yang mungkin atau sedang dialaminya.
5.      Konseling karier atau vokasional, yaitu mengembangkan pemahaman tentang karakteristik pribadi, dunia kerja, dan pengembangan sikap positif terhadap dunia kerja tersebut dengan berbagai permasalahannya, serta pemberian pelatihan keterampilan kerja, baik di lingkungan sekolah maupun industri ataupun perusahaan.
6.      Konseling pernikahan, yaitu pemberian bantuan kepada individu yang akan memasuki jenjang pernikahan (dalam konseling ini diberikan layanan informasi atau diskusi tentang hukum).
7.      Konseling gangguan traumatik, yaitu bantuan kepada individu yang mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) atau yang mengalami stres akibat suatu peristiwa yang dialaminya, yang sangat menggangu ketenangan, kenyamanan, seperti orang-orang yang mengalami trauma dari pertistiwa pemerkosaan, peperangan, bencana alam, kebakaran, perampokan, dan penyiksaan.
8.      Konseling atau konsultasi psikiatrik, yaitu bantuan yang diberikan oleh psikiater kepada individu, baik anak, remaja, atau orang dewasa yang mengalami masalah berat seperti depresi akut.
9.      Konseling religius, yaitu memberi pemahaman dan motivasi dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama melalui peneladanan, pembiasan atau pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia dini sampai dewasa.

2.5. LAYANAN KONSELING KESEHATAN MENTAL
Konseling kesehatan mental dalam sejarahnya didefinisikan dengan berbagai cara. Pada awalnya diuraikan sebagai bentuk konseling khusus yang dilakukan dalam lingkungan berbasis komunitas non pendidikan atau lingkungan kesehatan mental. Konseling kesehatan mental mulai kemudian berevolusi, termasuk yang dipusatkan pada perkembangan, hubungan dan condong ke arah perawatan, advokasi, atau penanganan pribadi dan lingkungan. Bagi pendukung profesi konseling kesehatan mental, di luar kekurangan yang terdapat dalam konseling kesehatan mental, konseling kesehatan mental adalah sebuah profesi yang khusus karena kurikulumnya (mencakup psikodiagnosis, psikopatologi, psikofarmakologi, dan rencana perawatan). Konseling kesehatan mental adalah suatu bidang antar-disiplin baik dalam sejarahnya, lingkungan praktik, pengetahuan / keahlian, dan peran yang dimainkan. Sifatnya yang multidisiplin ini merupakan suatu asset yang menghasilkan ide baru dan energi. Namun juga sekaligus sebagai sebuah kelemahan dalam membantu mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai konselor kesehatan mental untuk membedakan diri dengan praktisi kesehatan mental lainnya ya ng berkaitan erat dengannya. Konselor kesehatan mental mempunyai keahlian konseling dasar selain keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi tertentu atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisa latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosa kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yang bisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan.
2.6. TEKNIK KONSELING KESEHATAN MENTAL
Teknik Konseling Kesehatan Mental Konselor kesehatan mental datang untuk memahami informasi dari klien melalui observasi, wawancara dan tes sehingga mereka dapat menentukan tindakan terbaik untuk membantu klien mereka. Mereka sering membantu klien mereka berpikir dan membuat pilihan-pilihan positif. Cara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam praktek sangat bervariasi, dikarenakan lingkungan kerja mereka yang beraneka ragam dan mempunyai kisaran fungsi konseling yang luas. Pemilihan teori yang digunakan dalam konseling kesehatan mental oleh konselor berdasarkan kebutuhan klien. Secara umum konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yaitu : • Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental • Perawatan kelainan dan disfungsi. Kedua fokus konseling kesehatan mental tersebut juga dapat berlaku bagi konseling kesehatan mental di dunia pendidikan.
Pencegahan Primer dan Peningkatan Kesehatan Mental Dalam konseling kesehatan mental.
Pencegahan primer dan peningkatan layanan kesehatan mental dijadikan penekanan utama. Pencegahan primer dikarakteristikkan dengan “kualitas sebelum fakta terjadi”, disengaja, dan beriorientasi kelompok atau massa bukan individual. Hall dan Torres merekomendasikan dua model pencegahan primer yang tepat untuk diterapkan pada remaja dengan skala komunitas, yaitu model pencegahan konfigurasi Bloom dan formulasi insidensi. Model Bloom berfokus pada tiga dimensi yaitu :
1.      Konselor harus bekerja untuk meningkatkan kekuatan individu dan mengurangi keterbatasan individu
2.      Mereka harus meningkatkan dukungan sosial (contohnya, melalui orang tua, teman sebaya) dan mengurangi tekanan sosial.
3.      Variabel lingkungan, seperti kemiskinan, bencana alam dan program komunitas bagi remaja harus diatasi.
Model Albee memiliki skala global dan menekankan bahwa konselor harus mengurangi efek negatif dari biologi dan stress, sementara pada saat yang sama meningkatkan efek positif dari keahlian remaja dalam menghadapi masalah, harga diri dan sistem dukungan.
Kedua model tersebut membutuhkan kemauan konselor untuk membangun jaringan dan lembaga individu lain. Konselor harus meluangkan waktu dan energi cukup banyak dalam membuat program yang mungkin tidak langsung memberi hasil. Bentuk pencegahan primer yang lain adalah menekankan perkembangan yang sehat, yaitu penanganan secara positif dan pertumbuhan sehingga individu dapat dengan efektif menangani krisis yang mereka hadapi. Pengintegrasian perkembangan manusia dan menekankan peningkatan perkembangan dan pertumbuhan manusia yang sehat menghasilkan enam tren perkembangan pribadi: pertahanan hidup, pertumbuhan komunikasi, pengenalan, penguasaan dan pemahaman. Konseling kesehatan mental diperlengkapi ke arah perbaikan diri dalam hubungan antar-pribadi dan kinerja. Memusatkan diri pada lingkungan seseorang adalah penekanan pencegahan lainnya dari konselor kesehatan mental, baik dilakukan secara global atau lebih individu. Lingkungan memiliki karakter seperti manusia, dan beberapa lingkungan dominan dan kaku, sementara sebagian lainnya lebih fleksibel dan suportif.
Untuk dapat memanfaatkan pandangan ekologi-sosial, konselor kesehatan mental harus melakukan hal-hal berikut.
1.      Mengenali masalah sebagai sesuatu yang pada pokoknya berhubungan dengan lingkungan tertentu.
2.      Memperoleh persetujuan dari klien dan pihak bermakna lainnya yang berada di lingkungan klien.
3.      Mengukur kedinamisan variabel di suatu lingkungan. Konselor dapat bekerjasama dengan klien untuk menentukan bagaimana lingkungan berfungsi menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kebutuhan klien.
4.      Menyelenggarakan perubahan sosial yang dan inisiatif penghakiman sosial jika dibutuhkan. Konselor dapat membantu klien dengan metode- metode khusus untuk meningkatkan lingkungannya sekarang ini.
5.      Mengevaluasi hasilnya. Tidak ada satu cara pun untuk melakukannya, namun semakin jelas klien mengutarakan kriterianya mengenai lingkungan yang ideal, semakin baik juga kemungkinan evaluasinya. Secara keseluruhan yang ditekankan dalam pencegahan kesehatan mental adalah kesejahteraan positif (aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan baik pencegahan maupun remediasi dan mempunyai nilai terapi bagi individu yang melakukannya secara konsisten). Aktivitas semacam ini termasuk makan-makanan alami, mengkonsumsi vitamin, pergi ke pusat kebugaran, meditasi, olahraga teratur, dan menggali beraneka pendekatan kemanusiaan dan antar pribadi.
Pencegahan Sekunder dan Tersier Selain pencegahan primer.
Konselor kesehatan mental berkonsentrasi pada pencegahan sekunder (mengendalikan masalah kesehatan mental yang sudah ada di permukaan terapi belum parah) dan pencegahan tersier (mengendalikan masalah kesehatan mental yang serius agar tidak menjadi kronis atau mengancam kehidupan). Berbeda dengan pencegahan primer, konselor kesehatan mental menilai fungsi klien dan kemudian, jika tepat, menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan untuk merawat gejala dan kondisi utama gejala. Konselor kesehatan mental yang melakukan perawatan sering menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah dalam memberi respons yang baik terhadap sejumlah orang yang membutuhkan dan mencari layanan esehatan mental. Tidak setiap orang yang membutuhkan layanan perawatan untuk gangguan ringan maupun besar dapat ditangani dengan baik oleh pemberi layanan kesehatan mental, seperti konselor, psikiater, psikolog dan pekerja sosial.
2.7. PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yaitu landasan teori dan definisi istilah, bahwa layanan bimbingan konseling dilakukan melalui berbagai jenis layanannya dengan mempertimbangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan perkembangan kehidupan pembelajaran serta perencanaan karir. Jenis-jenis layanan bimbingan konseling dapat membantu peserta didik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya termasuk permasalahan yang menyangkut kesehatan mental. Keberhasilan perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga dipengaruhi salah satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik. Dengan adanya layanan bimbingan konseling diharapkan menjadikan pengaruh yang baik bagi para peserta didik terutama pada tingkah laku peserta didik, yaitu peserta didik akan lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan artinya kesehatan mentalnya normal tidak dipengaruhi pada hal-hal yang negatif. Kegiatan kerja umum dalam konseling kesehatan mental termasuk janji penjadwalan klien, menyelesaikan penilaian risiko pada klien yang diperlukan, berbicara dan konseling dengan klien (untuk membantu mereka membuat keputusan tentang diri mereka sendiri, kehidupan mereka dan bahkan hubungan dan tujuan masa depan), menyediakan perawatan dan pengobatan yang konsisten program untuk klien, klien menyimpan catatan yang akurat, file dan dokumentasi dan perencanaan perawatan yang paling efektif. Konselor akan mendiagnosa kondisi mental dan emosiona peserta didik serta mengeksplorasi solusi yang dibas dilakukan dan dikembangkan sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak, hal ini karena interaksi antara anak dengan guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung cukup lama. Sekolah tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga berpengaruh terhadap kesehatan mental seorang peserta didik. Kesehatan mental memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan fisik peserta didik, maka perlu dibina dan dicegahnya berkembangnya berbagai macam gangguan mental sedini mungkin. Peran konselor melalui layanan konselingnya sangat diperlukan di samping peran orang tua dan lingkungan, karena persoalan-persoalanyang dihadapi oleh peserta didik sebagaian besar dihadapi di sekolah. Layanan konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat memberikan pencegahan dan peningkatan kesehatan mental maupun untuk perawatan kelainan dan disfungsi mental.
Layanan konseling dapat mencegah dan meningkatkan kesehatan mental untuk gangguan mental yang sering dihadapi oleh peserta didik sebagai berikut :
1.      Rasa tidak aman dari peserta didik Rasa tidak aman dapat digambarkan sebagai suatu sikap atau keyakinan individu bahwa dia tidak disukai oleh orang-orang, tidak memapu mengerjakan sesuatu, dan perasaan tiak aman atau jiwanya terancam. Dalam hal demikian, konselor dapat memberikan layanan konseling kesehatan mental kepada peserta didik dengan teknik dan pendekatan konseling yang sesuai. Layanan konseling yang diberikan akan memberikan kepercayaan kepada siswa bahwa masih ada juga orang mencintai dirinya. Konselor dapat membantu dengan mengurangi ketegangan yang dihadapi oleh peserta didik dengan melakukan tatap muka konseling dengan peserta didik untuk mengeluarkan isi hatinya.
2.      Manifestasi dari rasa kurang harga diri peserta didik Pada beberapa situasi, peserta didik cukup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, namun terkadang masih juga timbul kurang percaya diri yang dialami peserta didik. Pada peserta didik yang kurang dapat menyesuaikan diri tampak rasa kurang harga diri pada sebagian besar dari tingkah lakunya.di kelas, peserta didik yang kurang harga diri dapat ditemui dalam bentuk selalu membuat kegaduhan baik dengan bersuara, gerakan-gerakan kakinya maupun tangannya dengan maksud mencari perhatian. Para konselor yang ditugaskan di sekolah harus menyadari bahwa untuk peserta didik yang menginjak usia dewasa, sedang berada dalam periode yang kritis untuk timbul rasa harga diri. Layanan konseling baik layanan konseling individu maupun layanan konseling kelompok dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan mental perserta didik. Sebagai contoh layanan konseling kelompok, dapat membuat peserta didik mengerti akan permasalahannya dan bersama-sama dengan konselor menggali solusi yang sesuai untuk peserta didik.
3.      Manifestasi Rasa Bermusuhan Rasa bermusuhan adalah merupakan faktor yang penting dari beberapa jenis gangguan mental. Reaksi cemas, suatu bentuk dari neurosa, timbul dari impul-impuls bermusuhan dari bermacam-macam jenis. Konselor di lingkungan pendidikan memegang peranan yang sangat penting, sebab dia dapat melakukan teknik konseling melaluai pencegahan primer dengan mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk membantu peserta didik dan nantinya dapat mengubah suasana kehidupan bagi peserta didik yang dapat memberi efek terapi. Sebagi bentuk pencegahan primer dan peningkatan kesehatan mental, konselor dapat memperkenalkan kepada peserta didik tentang pentingnya kesehatan mental, agar peserta didik mampu menangani atau menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Situasi yang sering dihadapi oleh peserta didik adalah relasi emosional yang negatif dengan guru, suka memberontah terhadap aturan dan disiplin sekolah, menentang otoritas guru atau pendidik dan lain-lain.
4.      Stressor psikososial Masa sekolah bisa menjadi masa yang menyenangkan jika dilalui dengan baik dan lancar atau menakutan jika terdapat banyak stressor atau tekanan- tekanan yang didapatkan. Stressor psikosial dalam baas tertentu akan mendukung perkembangan kepribadian manusia. Namun stressor psikosial yang berat akan mengakibatkan seorang peserta didik tidak mampu beradaptasi atau menanggulangi sehingga akan berpengaruh pada motivasi maupun prestasi yang dihasilkan. Dan jika stressor yang ada sangat berat, seseorang bisa sampai mengalami gangguan kejiwaan baik berupa rasa cemas, insomnia (sulit tidur), depresi hingga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Konselor di lingkungan pendidikan dapat melakukan pencgahan primer dengan melalui deteksi dini pada peserta didik yang mengalami masalah yang nantinya masalah tersebut mempengaruhi kesehatan mental peserta didik. Konselor dapat melakukan pemantauan melalui pencapaian prestasi akademik. Apaka terdapat penurunan prestasi ? apabila ada, apakah penurunan tersebut disebabkan gangguan konsentrasi? gangguan memori? Kecemasan, mood menurun, perubahan tingkah laku ? Tindakan pencegahan primer sebagai layanan konseling yang dapat diberikan adalah juga dengan memberikan edukasi dini terhadap lingkungan pendidikan dari gangguan mental, yang melibatkan para siswa sebagai peer group untuk turut mengenali gejala awal gangguan mental yang dialami oleh teman-temannya. Konseling kesehatan mental terhadap peserta didik akan memberian ketenangan dan menghasilkan mental sehat yang akan berujung kepada tingkah laku produktif peserta didik.






BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebagaimana diamanatkan dalam UU Sisdiknas adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas, maka salah satu tujuan pendidikan yang ada adalah peserta didik diharapkan untuk menjadi manusia yang sehat. Menjadi manusia yang sehat di sini adalah peserta didik menjadi manusia yang sehat secara fisik dan secara mental. Kesehatan mental dari seorang peserta didik akan berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pendidikan.
Konseling kesehatan mental terhadap peserta didik akan memberian ketenangan dan menghasilkan mental sehat yang akan berujung kepada tingkah laku produktif peserta didik. Kesehatan mental bernilai dalam membantu peserta didik untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila peserta didik memahami dirinya sendiri dengan lebih baik dan menyadari dirinya berharga, maka peserta didik mempunyai kesanggupan untuk meneysuaikan diri, sehingga akan membawa kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari gangguan mental, seperti kecemasan dan kegelisahan.




DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, Cet. II
Arifin, M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:
Golden Terayo Press, 1982, Cet. I.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineke Cipta, 2006, Cet. XIII.
Daradjat, Zakiah, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
1996, Cet. VIII.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. III

WEB




1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus