Self,
self-
awareness,
self concept, self control
Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Rizkiyani Istifada,S.Kep.,Ns

Oleh Kelompok VI
Mudirul Achmad Ponja (1511080089)
Nur Aini (1511080110)
Puji Rahayu (1511080113)
Rismasari Adhaputri (1511080134)
Shinta Safitri (1511080145)
Siti Mardiyati (1511080150)
KELAS/SEMESTER: B/II (DUA)
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan
kepada Allah Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Yang berjudul ”SELF,SELF-AWARENESS,SELF CONCEPT,SELF CONTROL”
Meskipun banyak hambatan yang
kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian
makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan
terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi kontribusi dan
partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung,17 April 2016
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat
meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan
unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan
dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan stimulus
dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya
sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan
orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep
diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan cultural yang memberikan
perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan
dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak social dan pengalaman dengan orang
lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat
menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai
komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan
peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus
diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri,
menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan
persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek
sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan
spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap
individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir
akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat
individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka
hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang
meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya
maupun lingkungan terdekatnya.
B.
Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i mampu memahami
tentang diri sendiri (self)
2. Mahasiswa/i mampu
memahami tentang kesadaran diri (self- awareness)
3. Mahasiswa/i mampu
memahami tentang konsep diri
(self concept)
4. Mahasiswa/i mampu memahami tentang pengendalian diri (Self Control)
BAB II
PEMBAHASAN
A.DIRI (SELF)
Pengertian Diri (Self)
Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri.
Self disini berisi pola pengamatan dan penilaian yang sadar terhadap diri
sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah Self di dalam psikologi
mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku
dan penyesuaian diri.
Teori modern mengenai self yang berpendapat
bahwa ada aspek kejiwaan sebagai sesuatu yang ada didalam (sebagai isi) yang
mengatur perbuatan-perbuatan manusia. Self, baik itu dimaksudkan sebagai obyek
maupun sebagai proses, ataupun kedua-duanya bukanlah suatu homunculus atau
“manusia didalam dada” atau jiwa; tetapi pengertian tersebut terutama
dimaksukan untuk menunjuk kepada obyek proses-proses psikologis itu sendiri,
dan proses-proses tersebut dianggap dikuasai oleh hukum sebab akibat. Dengan
kata lain, pengertian self itu tidak dipakai dalam arti metafisis atau
keagamaan, tetapi dipakai dalam arti psikologis ilmiah (positif).
Teori self menunjukkan usaha yang
sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-gejala dan membuat konsepsi dari hasil
penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam menunjukkan self sebagai
proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama bagi sekelompok proses.
Presepsi tentang diri ini dapat bersifat psikologis,
sosial, dan fisis (Rahmat, 2003). Tidak ada seorangpun yang terlahir secara
langsung memiliki self-concept, ia berkembang seiring perjalanan hidup
seseorang, dan pengaruh dari luar terhadap seseorang. Harry Stack Sullivan
menjelaskan, jika kita diterima oleh orang lalin, dihormati, dan menerima diri
kita maka kita cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita.
Sebaliknya, apabila oranglain selaliu meremehkan, menyalahnkan, dan menolak
kita, kita cenderung tidak menyayangi diri sendiri.
B.KESADARAN
DIRI (SELF AWARENESS)
Pengertian Self Awareness (Kesadaran Diri)
Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri.
Self disini berisi pola pengamatan dan penilaian yang sadar terhadap diri
sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah Self di dalam psikologi
mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku
dan penyesuaian diri.
Teori self menunjukkan usaha yang
sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-gejala dan membuat konsepsi dari hasil
penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam menunjukkan self sebagai
proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama bagi sekelompok proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran,
keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau
pemahaman peristiwa-peristiwa lingkungan atau kejadian-kejadian internal.
Secara istilah kesadaran mencakup pengertian persepsi, pemikiran atau perasaan,
dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini
Awareness (kesadaran) sama artinya dengan mawas diri. Namun seperti apa yang
kita lihat, kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran yang secara
samar-samar disadari oleh individu hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh
sebab itu, ada tingkatan mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.
Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas
diri adalah sebagai cara latihan Milah Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri
dengan rasa orang lain untuk meningkatkan kemampuan menghayati rasa orang lain
sebagai manifestasi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang
sehat dan sejahtera. Hasil penelitian Yosshimich mendapati bahwa pemahaman diri
melalui tahapan mawas diri mampu menunjukkan bahwa pada diri seseorang ada
elemen kunci yang sangat menentukan bahagia tidaknya seseorang, elemen ini
adalah elemen yang selalu stabil, tenang, serta damai, dan elemen-elemen yang
berubah-ubah, senantiasa berubah serta selalu berusaha menuruti keinginannya
sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat, drajat, dan kramat.
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran
diri) adalah wawasan kedalam atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah
laku sendiri, pemahaman diri sendiri. Self Awareness pada umumnya dimaknai
sebagai kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri dalam pengertian yang
mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima penilaian dari
kebenaran sifat individu.
Dalam memahami Self Awareness, individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menghargai masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan.individu.untuk.aktualsasi.diri.
Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :
Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :
·
Kesadaran diri publik
Orang
yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya.
Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang
lain. Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk
melakukan penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika
berbeda dengan orang lain.
·
Kesadaran diri
pribadi.
Orang
dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri publik.
Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma
sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak
jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang mengikuti berbagai kegiatan
yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-orang yang memiliki kesadaran diri
pribadi yang tinggi.
Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan
satu dari sekian kunci keberhasilan hidup. salah satu defensi dari
self-awareness menyebutkan, ada 3 hal yang harus di kenali dan di sadari
sepenuhnya.
·
Pertama nilai dan
tujuan yang di miliki;
·
Kedua kebiasaan,
gaya, kekuatan dan kelemahan diri;
·
Ketiga, hubungan
antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.
Rumus ABC;
·
affect [perasaan],
·
behavior [tingkah laku]
·
cognition [pemikiran],
Demikian rumus ABC yang di ajukan O,keefe dan berger.
Inilah aspek terakhir dari self-awareness. Penetapan visi kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan kita,semuanya tidak akan berarti kalau kita tidak
melakukan aksi apa-apa. Di sinilah rumus.ABC.berperan.
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya mampertimbangkan ketiga hal ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan satu aktivitas akan menggantungkan, tapi tidak akan terlaksana kalau ternyata tidak sesuai dengan hati (perasaan) atau sangat berbeda dari kebiasaan. Karena itu, harus di cari alternatif aktivitas.yang.menyeimbangkan.ketiga.hal.ini.
Demikin juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak contoh kegagalan penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau meninggalkan kebiasaan lama. Hasil pemikiran berupa teknologi tepat guna sekalipun, belum tentu dapat diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.
self-awareness
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya mampertimbangkan ketiga hal ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan satu aktivitas akan menggantungkan, tapi tidak akan terlaksana kalau ternyata tidak sesuai dengan hati (perasaan) atau sangat berbeda dari kebiasaan. Karena itu, harus di cari alternatif aktivitas.yang.menyeimbangkan.ketiga.hal.ini.
Demikin juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak contoh kegagalan penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau meninggalkan kebiasaan lama. Hasil pemikiran berupa teknologi tepat guna sekalipun, belum tentu dapat diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.
self-awareness
mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk
meningkatkan prestasi kita. Baik prestasi individu, kelompok bahkan bangsa .
Tentu kita tidak harus selalu melihat ke dalam diri. Tapi mesti pula melihat
faktor ekternal. Untuk itu self-awareness ini harus di lengkapi dengan
environmental-awareness, kesadaran untuk melihat kondisi lingkunggan sekitar
kita, baik itu kawan maupun lawan. Dengan demikian kita mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.
C.KONSEP DIRI (SELF CONCEPT)
A.
Pengertian Konsep diri
Konsep diri merupakan konsep
dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan perawat professional
untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap dirinya,
masalahnya, serta lingkungannya. Konsep diri merupakan hubungan yang paling intim,
jelasnya lebih dari satu aspek terpenting pengalaman hidup. Apa yang kita pikir
dan kita rasakan tentang diri kta mempengaruhi perawatan yang diberikan kepada
diri sendiri atau perawatan kepada orang lain. Dalam diri ini terdapat suatu
konsep yang dinamakan konssep diri (self-concept). Berikut adalah
pengertian Konsep Diri menurut beberapa ahli :
1. Menurut Burns (1993 :
VI) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita
yang kita inginkan.
2. Menurut Mulyana
(2000:7) : Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
3. Menurut Hurlock
(1990:58) : konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.
Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki
individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis,
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
4. Menurut Centi
(1993:9) : konsep
diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri
sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai
pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
5. Menurut Wigfield
& Karpathian (1991) : Konsep diri merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya sendiri
B.
Rentang Respon konsep Diri
Gambaran penilaian tentang
konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan
maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
Dari rentang respon adatif
sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu
aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,
dan depersonalisasi. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri
dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
1. Aktualisasi Diri
Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi
diri sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan
mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan
pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar belakangi pengalaman
nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan
sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa
identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif
Merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif
dalam beraktivitas diri. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang
penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang
positif yang mengarah pada kemempuan pemahaman.Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah :
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu
dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia
tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan
serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka
terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain
meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat.
Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi
dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk
mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
3. Konsep diri negatif
Hal ini ditandai dengan masalah sosial dan
ketidakmampuan untuk melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga
diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau
harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri
bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Biasanya harga diri sangat rentan
terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa
masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
4. Harga diri rendah
Merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri
yang adatif dengan konsep diri yang maladatif. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan
penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda
dan gejala yang lain dari harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri
sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri dari realitas,
pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada
dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
5. Kekacauan identitas
Merupakan kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan,
dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas
seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga
merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya
pada masa remaja, identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan
ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor
identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian,
konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak
dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang
harmonis.
6. Depersonalisasi
Merupakan perasaan yang tidak realistik dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan
yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar membuat
keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika
seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut
telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan
depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan
hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan
sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan
tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan
gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin
hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan.
Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk
beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan
gangguan tersebut.
C.
Komponen Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari citra tubuh, (body image). Ideal diri (self
ideal), harga diri (self esteem), peran (self role), dan identitas diri (self
identy).
1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya
baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan betuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh
sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan
pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat
menerima dan menyukai tubuhnya, individu akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga
diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai tubuhnya. Cara individu
memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu
yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan
memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
didalam kehidupan.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana
ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipeorang yang diinginkan/disukai atau sejumlah aspirasi,
tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau
pengharapan diri berdasarkan norma-norma social dimasyarakat tempat individu
tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa
kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan
harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui
proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua
dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan
perubahan peran serta tanggung jawab. Individu cenderung menetapkan tujuan yang
sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dari rasa
cemas.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek
terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau
kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat
bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
3.
Harga Diri
Harga diri adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak
kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dengan diri
sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan
merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya
individu akan selalu merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima oleh lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil
dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi kesempatan untuk
sukses, beri penguatan/ pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan
jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengamn budaya, berikan dorongan untuk
aspirasi atau cita-citanya dan Bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal
yang menganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam
pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan karena
banyak keputusan yang harus di buat menyangkut dirinya sendiri.Remaja dituntut
untuk menentukan pilihan,posisi peran dan memutuskan apakah dia mampu meraih
sukses dari suatu bidang tertentu ,apakah dia dapat berpartisipasi atau
diterima berbagai macam aktivitas social.Pada usia dewasa harga diri
menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung
menerima keadaan dirinya.Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi
kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan
dirinya.Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan denngan pension, ketidak mampuan fisik, berpisah dari
anak, kehilangan pasangan.
4.
Peran
Peran adalah serangkaian sikap
perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan sarana untuk berperan
serta dalam kehidupan social dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan
memvalidasi pada orang yang berarti.Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga
diri yang tinggi merupakan dari hasil peran yang memenuhi kebutuhan dan
sesuai dengan ideal diri. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu
terhadap peran :
Kejelasan prilaku dan
pengetahuan yang sesuai dengan peran
Tanggapan yang konsisten dari
orang-orang yang berarti terhadap perannya
Kecocokan dan keseimbangan
antar peran yang diembannya
Keselarsan norma budaya dan
harapan individu terhadap prilaku
Pemisahan situasi yang akan
menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai
5.
Identitas diri
Identitas diri adalah
kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahea dirinya
berbeda dengan orang lain.Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep
diri sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh tujuan hidup,
atribut/jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri
yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya. Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek pada diri sendiri),
kemampuan dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak
masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.Dalam identitas diri
ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu
menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri-ciri individu yang
mempunyai kepribadian sehat:
Ciri tubuh positif dan
akurat.Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri
sendiri dan perasaan tentang ukuran,fungsi,penampilan dan potensi tubuh
Ideal siri realistis. Individu
yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat
dicapai.
Harga diri tinggi.Individu
yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sendiri sebagai seorang
yang berarti dan bermanfaat.
Individu dengan penampilan
peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara inti dan
mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
membina hubungan independen. Identitas jelas.Individu merasakan keunikan
dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. Ciri-ciri individu
dengan identitas diri yang positif :
Mengenal diri sebagai
organisme yang utuh terpisah dari orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek dalam
dirinya sebagai suatu keselarasan tubuh
Menilai diri sendiri sesuai
dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masa
lalu.sekarang dan yang akan dating
Mempunyai tujuan yang bernilai
yang dapat dicapai/direalisasikan.
Hurlock (1974) mengatakan
bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu :
1.
Komponen Perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan
kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen iini sering disebut sebagai
physical self concept.
2.
Komponen Konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus
yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang sertan masa
depannya. Komponen ini sering disebut sebagai psychological self concept, yang
tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya
diri, kemandirian, pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat
tersebut.
3.
Komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap
statusnya sekarang dan prospeknya di masa depn, sikap terhadap harga diri dan
pandangan yang dimilikinya.
D.
Gangguan konsep diri
1.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi gangguan
citra tubuh :
-
Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
-
Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
-
Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
-
Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi.
Faktor predisposisi gangguan
harga diri :
-
Penolakan dari orang lain
-
Kurang penghargaan
-
Pola asuh yang salah:terlalu dilarang,terlalu terkontrol,terlalu
dituruti,terlalu dituntut dan tidak konsisten
-
Persaingan antar-saudara
-
Kesalahan dan kegagalan yang berulang
-
Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
Faktor predisposisi gangguan
peran :
-
Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,perubahan situasi
dan keadaan sehat sakit.
-
Ketegangan peran,ketika individu kurang pemgetahuannya tentang harapan peran
yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
-
Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
-
Peran yang terlalu banyak
Faktor predisposisi gangguan
identitas diri :
-
Ketidak percayaan orang tua kepada anak
-
Tekanan dari teman sebaya
-
Perubahan social.
2.
Faktor Prespitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan
dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan fisik,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
Ketegangan
peran
Ketegangan peran adalah
perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam
melakukan perannya.Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi saat
terjadi konflik peran,keraguan peran dan terlalu banyak peran.Konflik peran
terjadi saat individu menghadapi transisi peran yang beragam.transisi
peran yang sering terjadi adalah perkembangan,situasi dan sehat-sakit.
Transisi peran
perkembangan.Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada
identitas.Setiap tahap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada
identitas.Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaiakn
tugas perkembangan yang berbeda-beda,hal ini dapat merupakan stressor bagi
konsep diri. Transisi peran situasi.perubahan jumlah anggota keluarga baik
pertambahan atau pengurangan melalui kelahiran atau kematian. Transisi
peran sehat-sakit. Perubahan tubuh dapat memengaruhi semua konsep diri. Pergeseran
kondisi kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagiian tubuh, perubahan
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh. Perubahan akibat tindakan pembedahan yang
dapat terlihat seperti kolostomi atau gastrostomi atau yang tidak kelihatan
seperti histerektomi.
D.PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL)
Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam
kehidupan ini banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam
mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak milik orang lain
(mencuri, merampok, korupsi), vandalism,
penyalahgunaan obat terlarang dan free sex merupakan contoh perilaku
yang timbul karena ketidakmampuan dalam mengendalikan diri (self control).
Perkembangan
self control pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin
dewasa diharapkan mempunyai self control yang lebih baik dibanding saat remaja
dan anak-anak. Namun demikian beberapa kasus menunjukkan hal yang sebaliknya,
dimana beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh orang yang sudah
dewasa. Mahasiswa yang telah beranjak dewasa (bertambahnya usia dan ilmu)
tentunya diharapkan oleh masyarakat mempunyai self control yang lebih tinggi
dibanding anak-anak SMA. Tentunya akan aneh jika bertambahnya usia tidak
diimbangi dengan kemampuan mengendalikan diri, bahkan berbuat sesuka hati
dengan membiarkan perilaku yang lebih mementingkan egosime tanpa menghiraukan
konsekuensi yang akan diperoleh.
Dalam pandangan Zakiyah
Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda buat sementara
pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan
yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam
pengertian yang umum pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan
yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan
perbuatan yang akan merugikan dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang
dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi
kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan
tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan
yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol
diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang
terdapat dilingkungan yang berada disekitarnya, para ahli berpendapat bahwa
kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif
selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negative dari stressor-stresor
lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki makna sebagai suatu kecakapan
individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan
untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi (Calhoun dan
Acocela, 1990).
Mengapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan
penting dalam hubungan seseorang dengan
orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan kita senantiasa hidup dalam
kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup
kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula kebutuhan
psikologis dan social kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidup ini dibutuhkan kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat
berlangsung dengan baik jika kita mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang
merugikan orang lain. Kedua, Kontrol
diri memiliki peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri). Seringkali
seseorang memberikan penilaian dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu aspek penting dalam mengelola
dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam
aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap
situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif
tentunya akan memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan
sosial), begitu pula sebaliknya. Ketiga,
kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri
dipercaya dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal
ini dikarenakan bahwa seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang
dapat merugikan diri atau orang lain akan lebih mudah focus terhadap
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan yang memberi manfaat,
menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap kebutuhan
atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri
sebaik-baiknya, maka kita akan dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih
konstruktif, dapat menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang, mampu
menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan
mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk
yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam
tatanan kenegaraan karena banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan
mengendalikan diri.
Pada
dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu
sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila seseorang
dalam berperilaku cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar
khusus terhadap perilaku yang dipilih, memberikan ganjaran bila dapat mencapai
tujuan dan memberikan hukuman sendiri apabila melakukan kesalahan, maka hal ini
menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari diri sendiri (internal).
Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan sebagai
standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau hukuman
juga diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa self
control yang dimiliki bersumber dari luar diri (eksternal)
A.
Jenis-Jenis Kontrol Diri
Kontrol diri yang digunakan seseorang dalam menghadapi
situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral control, kemampuan untuk
mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Adapun
cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah atau menjauhi situasi tersebut,
memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi intensitas
munculnya situasi tersebut
b. Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang
tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu
kejadian dalam sutu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu terhadap
keadaan yang tidak menyenangkan, individu berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif atau
memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c. Decision control, kemampuan seseorang
untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan
adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai
kemungkinan (alternative) tindakan
d. Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi
mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa
konsekuensinya. Kontrol informasi ini dapat membantu meningkatkan kemampuan
seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi
ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak diketahui, sehingga
dapat mengurangi stress.
e. Retrospective control, Kemampuan untuk
menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah
peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi. Individu berusaha mencari
makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti
individu mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha
memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.
B.
Ciri-ciri control diri
Ciri-ciri seseorang mempunyai kontrol diri antara lain
:
a. Kemampuan untuk
mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi situasi yang
tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu
mengatasi frustasi dan ledakan emosi.
b. Kemampuan menunda
kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku agar dapat mencapai sesuatu yang
lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c. Kemampuan
mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan
secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan
peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu keadaan dengan cara
memperhatikan segi-segi positif secara subjektif
e. Kemampuan
mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung
akan reaktif dan terus reaktif (terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit).
Sedangkan orang yang tinggi kemampuan mengendalikan diri akan cenderung
proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif). Untuk mengecek sejauh
mana kita punya kemampuan mengendalikan diri, kita bisa melihat petunjuk di
bawah ini:
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
a. Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi
control diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi
dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil yang akan
diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal
inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada
seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang
menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan
reaksi.
b. Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam
proses kontrol diri. Setiap orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi
tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. Situasi
yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan terkadang
situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi
cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai
karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan
oleh seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi
kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan
tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara seseorang
berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-nilai
yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga
seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang
berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang
digunakan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri
seseorang. Pengalaman yang diperoleh
dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran penting dalan
kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya
seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan
pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga
pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama,
sedangkan pengalaman negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi
tersebut.
e. Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya
akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan bertindak. Hal
ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi,
sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang
dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih baik
dibanding orang yang lebih muda.
D. Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri
1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik
bagi setiap pemeluknya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu,
tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun
tidak merugikan orang lain. Saat ada dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang
negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang
kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?
Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita
dapat mengacu pada prinsip moral di atas.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar
senantiasa sadar saat suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul.
Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul,
sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya
seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah. Nah, kalau kita
tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat,
tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus
maka kita akan tahu saat emosi marah ini muncul, menguasai diri kita dan
kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang
lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung menghentikan
pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan
diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
3. Prinsip perenungan. Ketika kita sudah
benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi karena amarah dan perasaan
tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa menanyakan pada
diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah
benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah
ini sudah benar. Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu
mengendalikan diri. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif
maka logika kita tidak jalan, sehingga saat kita melakukan perenungan atau
berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau keinginan kita akan
cenderung menurun.
4. Prinsip kesabaran.
Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang
bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu
menyadarinya bahwa kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu.
Namun hal ini tidaklah mudah karena perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi
yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam emosi. Salah satu cara
yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi negatif
tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana
dan bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan
tekanan psikologis sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup
banyak bagi seseorang untuk menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip
sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha menghadapi namun masih sulit untuk
mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan
diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita disibukkan
dengan pikiran positif yang lain, maka situasi yang menekan tersebut akan
terabaikan. Begitu pula manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas lain
yang positif, maka emosi yang ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita
sukai tersebut akan menurun bahkan hilang. Saat kita berhasil memaksa diri
memikirkan hanya hal-hal yang positif maka emosi kita akan ikut berubah kearah
yang positif juga.
BAB III
PENUTUP
Konsep diri merupakan konsep
dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan perawat professional
untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya,
serta lingkungannya. Perawat setiap harinya dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk
bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam
berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu
berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh
melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dalam
merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap rentang respon konsep diri sehingga perawat memahami
bagaiamana konsep diri/rentang respon konsep diri yang ada pada diri
klienperawat dalam pengkajain kepada kliennya, juga meliputi konsep diri.
Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri.
Dalam konsep diri, terdapat
rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang dari respon adaptif
sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif,
terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri
positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Tindakan
keperawatan yang baik dan benar membantu klien mengidentifikasikan penilaian
tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan
kemudian melakukan perubahan perilaku.
Konsep diri adalah semua ide,
pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan,
dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik
dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, social, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global
Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.
Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan
Mental, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum
Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7.
Dayakisni, Tri & Hudaniah
(2003). Psikologi Sosial. UMM Press.
Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar