Makalah
individu
Dibuat
untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah “Sosiologi Antropologi pendidikan”
yang dibimbing oleh : Dra. Nurhasanah leni M.Hum.
Disusun oleh:
Mudirul Achmad Ponja (1511080089)
Kelas B

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN RADENINTAN LAMPUNG
1437 H/2016 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas ke hadirat
Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perubahan Sosial Budaya Terhadap Modernisasi Dan Globalsasi”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Antropologi
Pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Bandar lampung, 1 januari 2016
Penyusun
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
Latar
belakang............................................................................................................1
Rumusan
masalah.......................................................................................................2
Maksud
dan
tujuan.....................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
Pengertian perubahan sosial
budaya.........................................................................3
Hubungan antara perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan..........................4
Proses proses perubahan sosial
dan kebudayaan
...................................................7
Tanggapan dan kecenderungan perilaku
masyarakat mengenai perubahan sosial budaya
terhadap modernisasi dan
globalisasi.........................................................11
Cara menyikapi dampak globalisasi di
bidang sosial budaya...............................19
PENUTUP..............................................................................................................................21
Kesimpulan................................................................................................................21
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................22
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik
dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya
terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat
sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan
hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan
kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan
dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan
kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa
masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian
didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang
teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik
tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat
transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita menggenai daerah lain
melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal
sebelumnya.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara
masyarakat-masyarakat statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat
yang dinamis adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan
cepat.Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat
yang statis. Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai masyarakat
yang dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia
dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat
ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan
baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat
diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak
zaman dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan
sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang
menghadapinya.Perubahan-perubahan sering berjalan secara konstan.Ia tersebut
memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang
berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan di
mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang
terkena perubahan.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian perubahan sosial
budaya
2. Hubungan antara perubahan
social dan perubahan kebudayaan
3. Proses-proses perubahan
sosial dan kebudayaan
4. Tanggapan dan Kecenderungan
Perilaku Masyarakat mengenai perubahan social budaya
terhadap Modernisasi
dan Globalisasi
5. Cara menyikapi dampak globalisasi di bidang social
budaya
C. Maksud dan tujuan
1. Untuk memahami pegertian perubahan social budaya
2. Untuk memahami Hubungan antara
perubahan social dan perubahan kebudayaan
3. Untuk mengetahui proses-proses perubahan social
dan kebudayaan
4. Untuk mengetahui Tanggapan dan Kecenderungan
Perilaku Masyarakat mengenai perubahan social budaya
terhadap Modernisasi
dan Globalisasi
5. Untuk mengetahui Cara menyikapi
dampak globalisasi di bidang social budaya
PEMBAHASAN
1. Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa
pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya sebagai berikut:
1.
Menurut Selo Soemardjan,
perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai,
sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Selain itu Kingsley davis mendefinisikan
perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
masyarakat.
2.
William F Ogburn berusaha memberikan
pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan
sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan baik material maupun yang immaterial, yang ditekankan
adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.
3.
Mac iver lebih suka membedakan
antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada
kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan
manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut diatas. Sebuah
mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian
elements, karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme
dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi
kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan
alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan
seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur menurut Mac Iver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam
cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama
rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat
dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi
kebutuhan manusia.
4.
Gillin dan gillin mengatakan
perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Dengan
demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial
yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena
perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.Unsur-unsur
kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system mata
pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi,
bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan.
2. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat
sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan
perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya
perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian
tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan
dapat dijelaskan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan,
tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi
sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa
Aria setelah terpisah dari induknya. Perubahan-perubahan tersebut lebih
merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut kingsley davis
adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan
bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh
karena warisan yang berdasarkan keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan
adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan. Keseniaan,
moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia
sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan adalah setiap
perubahan dari unsur-unsur tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai
satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan
cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan
sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain :
1.
Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2.
Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
3.
Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4.
Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang
sangat kuat.
5.
Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:
a.
Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel
in an existing structure
b. Segmentation: the
proliferation of structural units that do not differ qualitatively from
existing units.
c..Structural.change:.the.emerge.of.qualitatively.new.complexes.of.roles.and.organization
d. Changes in group
structure: the shifts in the composition of groups, the level of consciousness
of groups, and the relations among the groups in society.
Perubahan
sosial dan perubahan budaya, mana yang lebih dulu terjadi
Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan, ketika
perubahan sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Namun dalam praktek di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit
untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Perubahan
kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat
tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat
adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan
antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang
timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah
pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960).
Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990),
kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai
warga masyarakat. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya berhubungan
dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi tidak ada yang lebih dahulu ada atau muncul
antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Keduanya muncul bersamaan,
karena diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan.
Contoh,
ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan HP. Perubahan
sosial terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari
menggunakan surat untu berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP.
3. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan
3.1.
penyesuaian masyarakat
terhadap perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan
yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan
sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok
benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu
secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya
pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan
terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan maksud menerima unsur yang
baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan masuknya oleh suatu
kekuatan. Apabila masyarakat tidak menimbulkan kegoncangan,pengaruhnya tetap
ada akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya . norma norma dan nlai nilai sosial
tidak akan terpengaruh olehnya,dan dapat berfungsi secara
Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan
secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian
berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang
kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekcewaan diantara para warga tidak mempunyai
saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah
terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment)
bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment)
yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari
lembaga-lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam
masyarakat tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat
berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang
mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada
usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari
disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai keududukan penting
karena garis keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suatu kecenderungan di
mana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat. Hubungan antara
anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan
apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai orang luar cenderung
menguat.
3.2. Saluran-saluran perubahan
sosial dan kebudayaan
Saluran-saluran
perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran
yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut
adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, agama,rekreasi dan seterusnya
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu struktur apabila mencakup
hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola tertentu
dankeserasian tertentu.
Dengan
singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai,
atau dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan)
Disorganisasi
(disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)
a.pengertian
Disorganisasi adalah
suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu
kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus
ada keserasian antar bagian-bagianya. Kriteria terjadinya disorganisasi antara
lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara
semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul adalah
disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu
anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau
disintergrasi mungkin dapat
dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat, karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah suatu proses
pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan
nilai-nilai yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri
warga masyarakat. Berasil tidaknya proses pelembagaan (institutionalization)
tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut.
Pelembagaan
(institutionalization) = (efektivitas menanam) – (kekuatan menentang
masyarakat
Kecepatan menanam Yang dimaksud dengan
efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan tenaga manusia, alat,
organisasi dan metode didalam menanamkan lembaga baru. Semakin besar kemampuan
tenaga manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang tertibnya dan system
penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat
dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b.Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan
reorganisasi
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam
masyarakat pernah dilukiskan oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki dalam
karya klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and Amerika.
Khusus tentang On disorganization and Reorganization mereka membentangkan
pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern
terhadap jiwa anggotanya, watak atau jiwa seseorang sedikit banyak merupakan
pencerminan kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional,
aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.Segala
sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur
saja, itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan
drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan
dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.
3.3. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan
budaya (cultural lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak
selalu perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami
kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi
ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan
kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah.
Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak
ada persoalan mengenai tidal adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan.
Misalnya suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu pengaruh terhadap
tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai
hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri,
misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan akan
terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut diatas,
sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai
perubahan dalam masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag)
dari William F.Ogburn, teori tersebut mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan
kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhanya seprti di uraikan
sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat, sedangkan ada bagian lain
yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara kemajuan dari berbagai bagian dalam
kebudayaan dari suatu masyarakat, dinamakan cultural lag (artinya
ketertinggalan kebudayaan), juga suatu ketertinggalan (lag) terjadi
apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga
lebih) yang mempunyai korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu
tertinggal oleh unsur lainnya.
4. Tanggapan dan Kecenderungan Perilaku
Masyarakat mengenai perubahan social budaya
terhadap Modernisasi dan
Globalisasi.
Saat memasuki era milenium ketiga ini, tampaknya arus
modernisasi dan globalisasi tidak akan dapat dihindari oleh negara-negara di
dunia dalam berbagai aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi
dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat
internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam
menjalin hubungan dengan negara lain. Berbagai tanggapan dan kecenderungan
perilaku masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi. Secara
garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut
ini.
4.1. Sikap Positif masyarakat menyikapi perubahan social budaya terhadap globasisasi.
Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan.globalisasi.Sikap.positif.mengandung.unsur-unsur.sebagai.berikut.
1) Penerimaan secara terbuka (open minded);
Sikap
ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama
yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuanzaman.
- Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif;
- Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif;
sikap
ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri
dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan
(antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi
kaitannya
dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat
menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan
modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus
mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana
yang tidak baik bagi kita.
2) Adaptif
sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif
dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap
hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri
yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si
pelaku.
3) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli
seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia,
mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali.
Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka,
kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita
lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas
diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap
mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
4.2. Sikap Negatif masyarakat menyikapi perubahan social budaya terhadap globasisasi.
Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya
perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan
bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap
negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
1.Tertutup dan was-was
(apatis)
sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah
merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka
merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman.
Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great
Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena
sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi
ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan kemajuan zaman.
2) Acuh tak acuh
sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat
awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi.
Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan
ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan
sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut
saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
3) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi
sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk
hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala
bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua
bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau
suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau
kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan
semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat
tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi
yang kurang terkontrol.
4.3.Akibat
Modernisasi dan Globalisasi terhadap Budaya Indonesia
Suatu kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan
negatif. Hal ini harus dapat kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak
negatif yang merugikan serta memaksimalkan dampak positif yang menguntungkan.
a .
Akibat Positif Globalisasi
1)
Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet, kalian bisa
mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga dapat dibandingkan ragam
kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya akulturasi budaya yang akan
semakin memperkaya kebudayaan bangsa. Dengan memperbandingkan itu pula kalian
dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan
dengan.kebudayaan.bangsa-bangsa.lain.
2) Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di Sumatra Utara.
2) Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di Sumatra Utara.
b .
Akibat Negatif Globalisasi
1)
Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock);
guncangan
budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya
perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock dapat
diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga
menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh
masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima
perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam
kehidupan sosial dan
budayanya
yang mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustasi. Kondisi
demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan
tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya
asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif
sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu
atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan
tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi
sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
2)
Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag);
kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan
tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang
sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan
yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya
perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang
sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini
diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi.
Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak
menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun
berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan
keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi
tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural
lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan
kemajuan teknologi.
4.4. Kecenderugan
perilaku masyarakat setelah globalisasi
1.
Pakaian
Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja
terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun,
seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit
demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan
menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang
adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan
menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap
tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara
tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka
sembahyang di pura.
2.
Kesenian
Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring
perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah
karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih
suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak
kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang.
3.
Bahasa Daerah
Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun,
banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih
berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan
bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan
komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya
dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut.
Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi.
Beberapa tahun lalu kita masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh
dan sekarang, dengan menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi,
seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.
5. Sikap Meniru
a. Meniru perilaku yang buruk
Banyak
sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda.
Misalnya perkelahian antarpelajar dan pelajar yag terintimidasi dalam sekolah.
b. Meniru Idola
(penggemar
Lady Gaga)
Seseorang
yang mengidolakan suatu tokoh, pasti ingin sama persis menjadi seperti
idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Kita ambil contoh,
siapa yang tak kenal Lady Gaga? Ia adalah salah satu dari banyak contoh
penyanyi papan atas dari luar negri yang banyak dikagumi. Tak sedikit kaum muda
yang mengidolakannya dan mengikuti gaya serta penampilannya. Cara berpakaian
yang tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan “gila” serta lirik lagunya yang “satanic”.
Tapi semua itu seolah tak berarti, dan tetap
diikuti.
c. Sekularisme/Sekulerisme
Merupakan
Ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada
umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama
yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan
umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan
moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari
negara-negara ini.
Meningkatnya
pengaruh sekularisme menyebabkan menurunnya pengaruh agama di dalam Negara.
Orang-orang akan mulai beralih kepada ilmu
pengetahuan dan rasionalisme dan menjaduh dari agama dan takhyul.
Selain
Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi
bidang sosial budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan
IPTEK”. Kemajuan IPTEK adalah dampak positif dari globalisasi dalam bidang
Teknologi, namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial Budaya
yang diantaranya melahirkan gaya hidup yang:
a. Mewah
Suatu
gaya hidup yang mengedepankan merk dari barang-barang yang dikonsumsinya.
Segala sesuatunya haruslah mewah denga harga yang menakjubkan.
b. Individualistis
Dulu
sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah,
menyapa
tetangga ataupun mengobrol. Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam
rumah dengan internet, bahkan kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang
berada sangat jauh. Inilah akar dari individualistis yang tercipta karena tidak
bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat fatal karena menciptakan
seseorang dengan sikap yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya.
c. Pragmatisme
Pragmatisme
adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri sendiri.
Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi
semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai gotong royong dan tolong-menolong.
Individu lebih mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan saja.
d. Matrealisme
Suatu
paham yang menilai segala sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha
memperkaya diri dengan materi berlebih. Gaya hidup seperti ini sepatutnya
dihindari karena tidak semua barang dapat dinilai secara materi.
e. Hedonisme
Hedonisme
menjiwai para pengusaha lokal yang hidup di beberapa negara miskin. Mereka
meraih keuntungan yang banyak dengan cara menggali sumber daya alam tanpa
batas. Tangan-tangan merekalah yang telah menggunduli hutan, mengotori sungai,
mencemari ekosistem laut, dan penebar racun di udara. Para pengusaha lokal
tersebut memperkaya diri mereka demi sebuah kesenangan hidup. Padahal secara
tidak langsung, mereka telah menghancurkan keseimbangan alam dan menghilangkan
mata pencaharian bagi orang-orang yang bergantung pada alam.
f. Permisif
Suatu
paham yang membiarkan sesuatu hal yang dianggap tabu untuk diperlihatkan.
Contoh dari pemahaman ini adalah Bangsa Barat yang mengajarkan untuk
bertelanjang dada untuk pria bahkan sebagian wanita Barat yang ekstrem ikut
bertelanjang dada. Sikap permisif tersebut berangsur-angsur mulai tumbuh
dikalangan kaum pria. Tapi untuk kaum wanita kebanyakan tentunya tidak
melakukan hal demikian. Terlebih aturan beberapa negara terutama bangsa Timur
yang sangat membatasi.
g. Konsumerisme
Konsumerisme
merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau kelompok
melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi
secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Dan
inilah hal yang paling sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu
banyak. Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan
sehari-hari.
h. Sikap
yang Serba Instant
Era
Globalisasi membuat mudah segala sesuatunya. Ingin makan mie, cukup menyeduh
mie instant. Ingin makan bubur, cukup menyeduh bubur instant. Ingin makanan
dalam waktu singkat, cukup pesan fast food. Serba instant yang hanya memerlukan
waktu beberapa menit saja. Namun bukan berarti hal tersebut bagus. Sikap yang
serba instant akan mengantarkan pada sifat yang tidak sabaran. Terlebih semua
makanan yang instant berdampak negatif pada kesehatan tubuh.
i. Malas & Lalai
Seiring
berkembangnya zaman, masyarakat beralih dari penggunaan Radio menjadi TV atau
bahkan Internet. Hiburan yang disajikan begitu mengasyikan dan seru hingga
membuat kita menjadi lalai dan malas.Bukan hanya berpengaruh pada kelalaian
mengerjakan tugas namun juga dapat menyebabkan lalai dalam beribadah bahkan
cenderung malas.
5 Cara meyikapi dampak
globalisasi di bidang social budaya
Berkaitan
dengan dampaknya dibidang social budaya, maka sebagai generasi muda penerus
bangsa, kita harus mengambil sikap untuk menghadapi Globalisasi, diantaranya:
1. Meningkatkan
Kualitas Nilai Keimanan Dan Moralitas Masyarakat
Meskipun
Globalisasi datang dengan setumpuk pengaruh negative, namun dengan perisai
keimanan dan moral yang tinggi, maka pengaruh Globalisasi khususnya yang menimbulkan
sifat-sifat seperti matrealistis, hedonisme, permisif, dan lain-lain tidak akan
bisa menguasai diri kita. Maka keimanan dan moral kita dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu dibenahi dan ditingkatkan lagi.
2.
Meningkatkan Jiwa Dan Semangat Persatuan, Kesatuan, Dan Nasionalisme
Lunturnya
sikap gotong-royong, tolong-menolong yang telah diajarkan oleh nenek moyang
kita diakibatkan kurangnya rasa persatuan. Jiwa indivisualisme lebih kental
pada setiap individu. Rasa kesatuan dan Nasionalisme pun ikut pudar karena
lebih memilih hal-hal yang menguntungkan saja. Perlu adanya kesadaran diri
untuk memupuk dan meningkatkan rasa persatuan, kesatuan dan Nasionalisme
3. Melestarikan
Kebudayaan Dan Adat Istiadat Daerah
Jika
bukan kita sendiri sebagai generasi muda yang turut melestasikan warisan budaya
leluhur, lalu adakah orang lain? Kebiasaan yang ada dalam masyarakat pun mulai
hilang ketika Globalisasi dating. Globalisasi perlahan-lahan dapat mengikir
budaya asli. Ini sangat berbahaya. Sebagai generasi muda, kita harus
melestarikan budaya dan adat istiadat daerah bersam-sama
Setelah
nilai globalisasi menyatu dengan nilai dasar budaya bangsa maka kita sebagai
bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai bangsa,
yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang
dilandasi oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk ber
kompetisi dalam dunia global. Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk
bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut:
a.
Berkompetisi dalam kemajuan iptek;
b.
Meningkatkan motif berprestasi;
c.
Meningkatkan kualitas/mutu;
d. Selalu berorientasi ke masa depan.
Terlebih
lagi kita memiliki Pancasila yang merupakan penyaring terhadap pengaruh globalisasi.
Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap dan usaha untuk
menghadapi pengaruh dari proses globalisasi, di antaranya sebagai berikut.
Selalu
berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagai penyaring terhadap pengaruh globalisasi yang bersifat negatif.
Selalu
meningkatkan penghayatan dan pengamalan kita terhadap Pancasila untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
· Selalu
meningkatkan ilmu pengetahuan kita agar dapat menilai mana yang dianggap
baik dan benar terhadap pengaruh globa lisasi.
· Selalu meningkatkan pendidikan dan keterampilan kita
agar dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan
bangsa lain.
· Selalu meningkatkan penguasaan kita terhadap
teknologi modern di segala bidang sehingga tidak tertinggal dan bergantung pada
bangsa lain.
· Selalu mempertahankan dan melestarikan budaya lokal
tradisional agar tidak digantikan oleh budaya bangsa asing.
· Selalu meningkatkan kualitas produk hasil produksi
dalam negeri sehingga dapat igunakan dan selalu dicintai oleh masyarakat dalam
negeri. Selain itu, produk hasil produksi dapat bersaing dan dapat merebut
pasar lokal serta internasional.
· Selalu menumbuhkan sikap terbuka dan tanggap terhadap
pembaruan sehingga mampu menilai pengaruh yang dinilai baik bagi pembangunan.
Jadi sifat-sifat positif manusia modern sangat penting dikembang kan dalam era
globalisasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial
adalah perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata
kehidupan sosial yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku,
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya adalah perubahan
unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung
kebudayaan.Unsur-unsur kebudayaan yang berubah adalah sistem
kepercayaan/religi, system mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan,
sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan,
tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi
sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa Aria
setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi-organisasi sosial masyarakatnya.Perubahan-perubahan
tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut kingsley davis
adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan
bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh
karena warisan yang berdasarkan keturunan.
Cara meyikapi dampak globalisasi di bidang social
budaya
yaitu meningkatkan kualitas nilai keimanan dan moralitas
masyarakat,meningkatkan jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan
nasionalisme serta melestarikan kebudayaan dan adat istiadat daerah.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
●Baharudin, 2010, Sosiologi Suatu Pengantar, Karunia
Alam Semesta : Yogyakarta
●Horton, Hunt, 1992.Sosiologi 2, Erlangga, Jakarta
●Lauer,Robert
H.2001.Prespektif tentang Perubahan Sosial.Jakarta:PT Asdi
Mahasatya
●Rusli,
karim, 1999, Islam, Modernisasi,
Industrialisasi, Pustaka Jaya: Jakarta
●Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
WEB
Html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar