TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“MOTIVASI
BELAJAR”
Disusun
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Psikologi
Pendidikan
Dosen
Pengampu : Dra. Chairul Amriyah, M.Pd

Oleh Kelompok II
Mudirul Achmad
Ponja (1511080089)
Rismasari Adhaputri (1511080134)
Saras Wati
(1511080140)
Yeti Asmiyarti
(1511080170)
KELAS/SEMESTER: B/II (DUA)
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan
kepada Allah Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang
berjudul ”MOTIVASI BELAJAR”
Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah
memberi kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung,11 April 2016
Kelompok
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................................................
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR
ISI................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................
Latar
belakang...............................................................................................................................
Rumusan
masalah..........................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................
Motivasi
dan Pentingnya Motivasi...............................................................................................
Jenis
dan Sifat Motivasi................................................................................................................
Motivasi
dalam Belajar.................................................................................................................
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................................
Kesimpulan...................................................................................................................................
Saran.............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses
pembelajaran dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar. Di
samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu
aspek yang penting, yaitu motivasi siswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya
siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang-sedang saja.
Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali
menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas,
apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara
memahaminya adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984),
bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal
dari dalam dan dari luar diri siswa.
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri
siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem
pemberian umpan balik, dan sebaginya. Faktor-faktor dari dalam diri siswa
mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Namun pada
kenyataannya dalam suatu kelas, keadaan siswa bermacam-macam untuk belajar
maupun menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru
perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar, dan kondisi intern siswa yang
belajar. Sehingga pentingnya motivasi, jenis dan sifat motivasi, dan upaya
peningkatan motivasi belajar benar-benar perlu dipahami.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian motivasi belajar?
2. Apa
pentingnya motivasi dalam belajar?
3. Apa
jenis dan sifat dalam motivasi belajar?
4. Bagaimana
upaya peningkatan motivasi belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Motivasi
dan Pentingnya Motivasi
Ada
3 peristiwa yang dapat digunakan sebagai pemisalan yaitu peristiwa pertama,
siswa segan belajar karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah.
Siswa tersebut bermotivasi rendah, karena kurangnya memperoleh informasi.
Peristiwa kedua, motivasi belajar siswa menurun, karena gangguan ekstern
belajar. Pada kedua peristiwa tersebut, motivasi belajar siswa menjadi lebih
baik setelah guru mengubah kondisi eksten belajar siswa. Peristiwa ketiga,
siswa memiliki motivasi belajar tinggi. Walaupun guru tidak membantu siswa,
tetapi siswa mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya.
1. Pengertian
motivasi
Istilah
motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti ”menggerakan”.
Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985)
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence pada tingkah
laku tersebut.
Motivasi
juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku
tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai suatu
tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh.
Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk
mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan
melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Siswa
belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat
tergolong rendah, atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut
kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi
belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan,
tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan jiwa tersebutlah yang mengaktifkan,
mengarahkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar
(Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
Ada
tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:
Kebutuhan
Dorongan
Tujuan
Kebutuhan
terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki
dan yang ia harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya
rendah, padahal ia memiliki waktu pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki
cukup waktu, tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang
digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik, sedangkan
ia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, siswa mengubah
cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang
berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang
berorientasi tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagai ilustrasi, siswa
kelas tiga SMP memiliki harapan untuk diterima sebagai siswa SMA terbaik di
kotanya. Siswa tersebut memperoleh hasil belajar rendah pada mata pelajaran
matematika dan IPA dalam ulangan bulan ke satu. Menyadari hal tersebut, maka
siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Pada ulangan
kedua hasil belajarnya bertambah baik. Menyadari hasil belajarnya bertambah
baik, maka semangat belajar siswa menjadi tinggi. Tujuan adalah hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal
ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan semangat belajar tinggi
tersebut menunjukkan bahwa bertujuan lulus SMP dengan nilai yang memuaskan dan
diterima di SMA yang ia inginkan.
Maslow
membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu:
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan akan perasaan
aman
Kebutuhan social
Kebutuhan akan penghargaan
diri, dan
Kebutuhan untuk
aktualisasi diri
Kebutuhan
fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti papan, sandang,
pangan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan keamanan yang bersifat fisik, dan
psikologis. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh
orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikut sertakan
pemilikan harga diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan
kebutuhan individu untuk menjadi Sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.
Dari
segi dorongan, menurut Hull motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan
organisme. Disamping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme
dapat memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan
penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku
mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi
disebabkan oleh respons dari organisme, kekuatan dorongan organisme dan
penguatan kedua hal tersebut. Hull memang menekankan dorongan sebagai motivasi
penggerak utama perilaku, tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya
pengaruh factor-faktor eksternal. Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman)
mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.
Dari
segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Jika tujuan
trercapai maka kebutuhan terpenuhi untuk “sementara”. Jika kebuthan trepenuhi,
maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk berbuat “terhenti
sementara”.
Lama kekuatan mental
dala diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut
Havighurst tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak sekolah,
masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut.
2. Pentingnya
Motivasi dalam Belajar
Penelitian
psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek
terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan da nada yang berupa manusia.
Penelit yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan
behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah peneliti
kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industry, tenaga
kerja, urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. para
ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental
umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
Motivasi belajar
penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
Menyadarkan kedudukan
pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
Menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya
Mengarahkan kegiatan
belajar
Membesarkan semangat
belajar
Menyadarkan tentang
adanya perjalanan belajar
Motivasi
belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman
tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, sebagai berikut:
·
Membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
·
Digunakan sebagai strategi mengajar
belajar, karena motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam
·
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk
memilih satu diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai penasihat,
fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru
pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku
siswa.
2.2 Jenis dan Sifat
Motivasi
Motivasi
sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa
mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan
pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar
pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya,
tetapi mereka umumnya seoendapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis yatu, motivasi primer dan motivasi sekunder.
1. Jenis
Motivasi
Motivasi
primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif
dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani manusia.
Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh
insting atau kebutuhan jasmaninya. Mc Dougall misalnya, berpendapat bahwa
tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan
dorongan mencapai kepuasan. Tingkah laku insting dapat diaktifkan,
dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara
insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri,
berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin.
(Koeswara, 1989; Jalaluddin Rachman; 1991)
Ahli
lain, Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri-, yaitu tekanan,
sasaram, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu
untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan
terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau
kesenangan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting berkurang.
Menurut Freud, energy bekerja memelihara keseimbangan fisis. Insting bekerja
sepanjang hidup. Yang mengalami perubahan adalah cara pemuasan atau obyek
pemuasan. Tingkah laku individu yang memuaskan insting dapat secara lansung
atau dengan menekan. Penekanan insting tersebut tidak menghilangkan energy.
Penekanan insting tersebut diupayakan masuk alam tidak sadar. Tingkah laku
manusia sedemikian kompleks, ada yang dapat dikenali motivasi dari alam
sadarnya, da nada pula yang berasal dari alam tak sadarnya (Koeswara, 1989;
Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi
sekunder adalah motivasi yang dipelajari.. hal ini berbeda dengan motivasi
primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa
belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu.
Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “bekerja dengan
baik” merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia
memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder.
Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik.
Menurut
beberapa ahli, manusia adalah makhluk social. Perilakunya tidak hanya
terpengaruh oleh factor biologis saja, tetapi juga factor-faktor social.
Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif,
kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen
tersebut terdiri dari motif social, sikap, dan emosi. Komponen kognitif adalah
aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah
terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertindak (Jalaluddin Rachmat, 1991;
Sumadi Suryabrata, 1991).
Motivasi
social atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.
Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang
berbeda-beda. Misalnya Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder
menjadi keinginan-keinginan seperti berikut:
·
Memperoleh pengalaman baru
·
Untuk mendapat respons
·
Memperoleh pengakuan
·
Memperoleh rasa aman
Perilaku
juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis kegoncangan
seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan
kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai berikut:
·
Pembangkit energi misalnya, karena
dicemoohkan orang menjadi berusaha keras sehingga berhasil
·
Pemberi informasi pada orang lain,
seperti rasa sedih terlukis dalam wajah
·
Pembawa pesan dalam berhubungan dengan
orang lain, seperti pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja, dan
·
Sumber informasi tentang diri seseorang,
seperti pemerolehan rasa sehat
·
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya
pengetahuan yang dipercaya, pengetauan yangdipercaya tersebut adakalanya
berdasarkan akal, ataupun tak berdasarkan akal sehat. Pengetahuan tersebut
dapat mendorong terjadinya perilaku. Sebagai ilustrasi, orang tetap merokok
dengan motivasi yang berbeda. Ada yang ingin menunjukkan kejantanan, ada yang
mengisi waktu luang, ada pula yang ingin menimbulkan kreativitas, meskipun
mereka ini juga menyadari akan bahaya rokok.
Perilaku
juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku
menetap, berlangsung otomatis. Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan
hasil belajar. Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan
seseorang timbul karena adanya:
·
Keinginan yang kuat untuk mencapai
tujuan
·
Pengetahuan tentang cara memperoleh
tujuan
·
Energy dan kecerdasan
·
Pengeluaran yang tepat untuk mencapai
tujuan
Dengan
kata lain, kebiasaan dan kemauan seseorang mempertinggi motif untuk
berperilaku. Motivasi belajar diperkuat dengan adanya sikap, emosi, kesadaran,
kebiasaan, dan kemauan (Sumadu Suryabrata, 1991; Singgih Gunarsa, 1990; Monks,
Konoers, Siti Rahayu, 1989).
2. Sifat
Motivasi
Motivasi
seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang terkenal sebagai motivasi
internal, dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal.
Di
samping itu, juga bisa membedakan motivasi instrinsik dan karena orang tersebut
senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku,
karena ia ingin mengetahu kisah tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi
memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa
tersebut menamatkan sebuah buku, maka ia mencari buku lain, dalam hal ini,
motivasi instrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi
berprestasi. Menurut Monks motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak
berusia balita. Hal ini berarti motivasi instrinsik perlu diperhatikan, sebab
disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar. (Monks, Knoers, Siti Rahayu,
1989; 161-164).
Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang, yang ada di luar
perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena adanya dorongan dari
luar seperti adanya hadiah, atau menghindari hukuman. Dalam hal ini motivasi
ekstrinsik juga “dapat berubah” menjadi motivasi instrinsik.
Pada
tempatnya diketahui bahwa para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda-beda
pada motivasi. Akibatnya saran tentang pembelajaran juga berbeda-beda.
McDougall dan Freud menekankan pentingnya motivasi instrinsik. Skinner dan
Bandura menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers
menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
Motivasi
ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman
sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan
hasil yang sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau
orangtua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik, atau memperoleh nilai
kurang, maka ia akan meperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru
atau orangtua. “Peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar
meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau
orangtua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah, dapat merupakan motivasi
ekstinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat. (Siagia, 1989; Monks,
Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs 7 Telfer;1987; Winkel, 1991).
2.3 Motivasi dalam
Belajar
Dalam
perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang
instrinsik, atau ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut
berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakatlai. Guru sebagai
pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia
wajib belajar. Orangtua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
1. Unsur-unsur
yang mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi
belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi
belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan
pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru
menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi
kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil
belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh
oleh kesiapan alat-alat indera untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata
dari symbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas membaca.
(Monks, 1989; Singgih Gunarsa, 1990).
a) Cita-cita
atau aspirasi siswa
Motivasi
belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar
berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dan lain sebagainya.
Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh
perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya
cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari
segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar
kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah
atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian
kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu
singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan
telah disertai dengan penghitungan dengan akal sehat. Cita-cita dapat
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab
tercapainya cita-cita akan memwujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260;
Schein, 1991: Singgih Gunarsa, 1990: 183-199).
b) Kemampuan
siswa
Keinginan
seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi
Siswa
Kondisi
siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang
siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian
belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah
menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa akan
berpengaruh pada motivasi belajar.
d) Kondisi
Lingkungan Siswa
Lingkungan
siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya,
dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan
hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang
aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah
diperkuat.
e) Unsur-unsur
Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa
memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya
berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio,
televise, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut
mendinamiskan motivasi belajar. Oleh sebab itu, guru professional diharapkan
mampu memanfaatkan semua itu agar tercipta kondisi dinamis yang bagus bagi
pembelajaran dan untuk memotivasi belajar.
f) Upaya
Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru
adalah seorang pendidik yang professional dan juga seorang pendidik yang
berkembang. Tugas profesionalnyha mengharuskan dia belajar sepanjang hayat.
Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan memilah yang baik. Partisipasi dan
teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan
siswa. Partisipasi dan teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya
membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di
luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:
·
Menyelenggarakan tertib belajar di
sekolah
·
Membina disiplin belajar dalam tiap
kesempatan
·
Membina belajar tertib pergaulan
·
Membina belajar tertib lingkungan
sekolah.
Disamping
itu, upaya pembelajaran secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya
meliputi:
·
Pemahaman tentang diri siswa dalam
rangka kewajiban tertib belajar
·
Pemanfaatan penguatan berupa hadiah,
kritik, hukuman secara tepat guna
·
Mendidik cinta belajar.
Upaya
pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat
pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka,
dan pusat pendidikan pemuda lainnya. Guru professional dituntut menjalin kerja
sama pendagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan
belajar “tertib hidup” merupakan kerjasama sekolah dan luar sekolah.
2. Upaya
meningkatkan Motivasi Belajar
Perilaku
belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat
kabar dengan keinginan mencari sekolah yang benar, akan memperoleh kepuasan
karena ia memperoleh informasi yang benar. Perilaku membaca pada anak “pencari
informasi sekolah” berbeda dengan perilaku membaca kedua anak tersebut berbeda.
Demikian halnya dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku
pelajaran. Membaca dengan motivasi “mencari sesuatu”. Guru di sekolah
menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu
peran guru mengingatkan motivasi belajar cukup banyak.
a) Optimalisasi
penerapan prinsip belajar
Perilaku
belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Dari segi perkembangan, ada siswa
yang semula hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar.
Dengan tugas-tugas sekolahnya, kemudian mereka mulai menyenangi belajar.
Bermain-main merupakan hal yang menyenangkan bagi bagian besar siswa. Siswa
akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian motivasi
belajar, belajar giat, istirahat, belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah
pola perilaku kehidupan yang wajar bagi anggot amasyarakat.
Dalam
upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat
membelajarkan, atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan:
Guru telah mempelajari
bahan pelajaran
Guru telah memahami
bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar
Guru telah menguasai
cara-cara mempelajari bahan, dan
Guru telah memahami
sifat bahan pelajaran tersebut.
b) Optimalisasi
unsur dinamis belajar dam pembelajaran
Seorang
siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Peranan kemauan, pikiran,
perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun
demikian ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancar. Ketidaksejajaran
tersebut disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik
turunnya energy jiwa. Pada suatu saat perasaan siswa kecewa, dan akibatnya
kemauan belajar menurun. Atau walaupun perasaannya kecewa, ia dapat
mengatasinya, dan kemuan dan semangat belajar diperkuat. Sebaliknya, lingkungan
yang berupa teman belajar, surat kabar, radio, majalah, televise, guru,
orangtua juga akan memperngaruhinya. Ada teman belajar yang putus asa, ada pula
yang tegar. Unsur-unsur lingkungan tersebut ada yang mendorong, dan ada pula
yang menghambat kegiatan belajar. Keputusan akan belajar giat, ataupun
menangguhkan belajar, ada pada diri siswa sendiri.
Guru
adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang menilai kesempatan
belajar. Oleh karena itu, guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur
dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya
optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
Memberi
kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya
Memelihara
minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar
Meminta
kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar
Memanfaatkan
unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, media-media yang menggangu
pemusatan perhatian belajar harus dicegah
Menggunakan
waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku
belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan
aktualisasi diri siswa”
Guru
merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat
mengatasi segala hambatan
c) Optomalisasi
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Perilaku
belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku
belajar setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran sekolah.
Guru adalah “penggerak”
perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan
mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru
diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu
mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu
diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar
dan kemapuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
Siswa
ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa
mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut selanjutnya
diserahkan kepada guru
Guru
memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkannya
Guru
mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran
Guru
memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya
sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku
belajar dilakukan oleh si pembelajar. Pada diri si pembelajar terdapat kekuatan
mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, dan
kemauan atau cita-cita itu disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi
tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pebelajar. Motivasi belajar
sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru.
Sebagai
kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi motivasi
internal dan eksternal. Disamping itu ada juga ahli yang membedakan adanya
motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Adanya
pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi
tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami dan
merupakan kekuatan mental pebelajar dalam belajar. Dari sisi siswa, motivasi
tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan
dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar
sepanjang hayat. Dari sisi guru, motivasi belajar pada pebelajar berada pada
lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru berpeluang untuk
meningkatkan, mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dengan
optimalisasi.
3.2 Saran
Belajar
merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Untuk itu, pengetahuan
tentang “belajar, karena ditugasi oleh guru” dan “belajar, karena motivasi
diri” penting bagi guru dan calon guru. Tidak hanya guru, motivasi juga penting
bagi siswa agar siswa dan guru mampu mencapai tujuan dari belajar dan pembelajaran
dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1993. Cara Belajar Mandiri Dan Sukses. Solo: CV Aneka.cipta
Anshar Sunyoto Munandar. 2001. Psikologi Industri dan organisasi.
Jakarta: UI Press.
Wasty Soemanto. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.
W Santrock, John. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
W.S Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Grafindo.
Dikutip tanggal 11 april 2016 pukul 21.57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar